Jakarta, Mei 1998.
Serombongan orang ramai berkumpul di depan pertokoan yang banya dimiliki oleh salah satu etnis. Entah apa atau siapa yang mengarahkan orang orang ini kesini, yang jelas mereka berniat merusak dan menjarah pertokoan yang sudah ditinggal para pemiliknya karena ketakutan. disana sini kudengar teriakan jarah, bakar hancurkan ...Tiba tiba kulihat seseorang berbaju putih berlari ke depan dan berteriak "tolong hentikan!". " Saudara saudaraku, Berdemolah dengan baik tolong jangan membuat kerusakan".
Seseorang dari kerumunan menyahut, "Ini hak kita, kita sudah terlalu lama dijajah mereka, sekarang waktunya kita ambil alih".
"Jangan! tolong jangan lakukan kemungkaran ini. Kalau kalian inginkan perubahan kearah yang lebih baik, lakukanlah dengan cara cara yang baik pula. Kita tidak sedang berperang dengan mereka, mereka saudara2 kita juga satu bangsa".
Seseorang yang berbadan lebih besar dari orang berbaju putih, menyeruak dari kerumunan orang dan berteriak kepadanya "Kamu ini dibayar berapa sama mereka? kamu bukan golongan mereka mengapa kamu membela mereka?
"Saya tidak membela mereka, saya hanya mencoba menyelamatkan semua saudaraku, anda anda semua dari tindakan yang merusak bangsa kita dan diri kita sendiri".
"Gak usah sok suci dan jadi pahlawan kesiangan deh!" kata orang yang berbadan besar sambil mendorong orang berbaju putih yang lebih kecil darinya. Kemudian dia berjalan ke arah pertokoan dan mulai memecahkan kaca kaca etalase. Melihat itu, serentak semua orang mengikutinya, merusak dan masuk sambil menjarah barang barang yang berharga.
Orang baju putih yang didorong dan kemudian tertabrak ratusan orang yang menyerbu pertokoan itu jatuh tersungkur. tapi tak lama kemudian dia bangkit dan kulihat air matanya meleleh serta mulutnya komat kamit. Kupikir saat itu orang tersebut menangis dan komat kamit karena mengaduh kesakitan. Segera kuhampiri orang tersebut untuk menolongnya dan menunda rencanaku untuk ikut menjarah.
Tapi setelah cukup dekat dengan orang baju putih tersebut, kudengar dari mulutnya bukan kata2 kesakitan, tetapi kata, permohonan ampun kepada sang Kuasa " ya Allah ampuni lah hambaMu yang lemah ini yang tidak mampu mencegah kemungkaran yang terjadi didepan mata. Ya Allah semua ini terjadi atas izinMu maka ampunilah mereka semuanya, ampunilah bangsa kami, Sesungguhnya Engkau memiliki ampunan yang maha luas.
Tercekat hatiku, kering tenggorakanku mendengar kata kata itu, mataku pun mulai memanas, telingaku berdenging denging, memoriku melonjak lonjak melemparkan suatu ayat Quran yg pernah kubaca:
Tiada dosa atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan(usahakan), apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (QS 9:91)
dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan (QS 9:92)
Dan akupun hanya bisa menghiburnya dengan berbisik, minimal bapak sudah mencegah satu orang dari perbuatan buruk yang akan dilakukannya. dan kamipun tersenyum dalam linangan airmata ....
No comments:
Post a Comment